Tahap
1
Perencanaan
|
· Menentukan
tema teks tanggapan kritis.
· Memilih teks
yang akan ditanggapai secara kritis
· Mengidentifikasi
struktur dan fitur bahasa teks tanggapan kritis .
Struktur teks
tanggapan kritis:
1.
Judul :
2.
Orientasi :
3.
Evaluasi :
4.
Tafsiran :
5.
Simpulan :
|
||||||||||
Tahap
2
Pengembangan
|
· Membaca atau
menyimak teks yang ditanggapi secara krits.
· Mengembangkan
struktur teks tanggapan kritis dengan mengembangkan ide pokok setiap
struktur.
·
Lakukan penelaan untuk mengevaluasi apakah masih
terdapat kesalahan struktur dan penggunaan bahasa Indonesia dalam menyusun
teks tanggapan kritis. Apabila masih terdapat kesalahan, lakukan revisi
terhadap teks tersebut.
|
||||||||||
Tahap
3
Pelaporan
|
Teks Tanggapan
Kritis
(pada halaman
berikutnya)
|
Bencana Banjir Bandang Garut
Baru – baru ini media massa tengah ramai berita
tentang bencana Banjir Bandang . Banjir tersebut terjadi di daerah Garut, Jawa
Barat pada Rabu 21 Septermber 2016.Banjir ini menyerang 3 kecamatan di Garut
pada dini hari, Dimana para warga baru akan memulai aktivitasnya.
Menurut studi UGM Banjir tersebut disebabkan selain faktor alam,
penyebab terjadinya bencana banjir bandang di Garut juga dikarenakan perubahan
tata guna lahan yang tidak sesuai dengan kondisi alamnya.
Banjir bandang bisa terjadi karena daerah Garut
layaknya sebuah mangkok. Kabupaten Garut , dikelilingi oleh tujuh gunung api
sehingga air bermuara pada suatu titik. Kondisi ini pun, diperparah dengan daerah aliran sungai (DAS)
Cimanuk yang mengalami pendangkalan.
"Curah hujan yang tinggi, dengan intensitas
255 milimeter, sementara sebelumnya juga terjadi hujan sehingga tanah mengalami
kejenuhan menyerap dan terjadi pendangkalan dan penyumbatan saluran-saluran
air.
Jika diperhatikan banjir di Garut sudah
diprediksikan akan terjadi karna penggundulan hutan di kawasan hulu Sungai
Cimanuk. Lahan dengan kontur miring hingga 45 persen, yang seharusnya menjadi
area tampung air hujan, itu disulap menjadi lahan pertanian. Yang
memprihatinkan, daerah aliran sungai itu harus menampung limpasan air dari enam
gunung, yang kondisi lahannya juga memprihatinkan akibat pertambangan,
perkebunan, pertanian, pembangunan wisata, dan pembalakan hutan.
Jumlah rata-rata ruang terbuka hijau di 27 kota
dan kabupaten di Jawa Barat hanya tersisa 6-7 persen.Bahkan Kabupaten Garut
hanya memiliki 5 persen ruang terbuka hijau.
Kesimpulan
yang dapat kita ambil pada penjelasan diatas yaitu, alangkah baiknya kita tidak
melakukan tindakan yang dapat menyebabkan bencana pada diri kita sendiri. Pada
dasarnya bencana banjir di Garut merupakan ulah manusianya sendiri karna
terjadi penggundulan hutan dan daerah tamping air disulap menjadi menjadi
pertanian. Sehingga sebagai manusia yang cinta lingkungannya, sudah sebaiknya
kita menjaga alam kita agar bencana semula tidak terulang kembali dikemudian
hari.
Sumber : kompas (di revisi kembali )
By: Nadlifah/9E/Smpn 1 Bangil
By: Nadlifah/9E/Smpn 1 Bangil
0 komentar:
Posting Komentar